
Apakah polusi udara benar-benar bisa mempercepat penuaan otak kita? Pertanyaan ini semakin relevan di tengah meningkatnya kekhawatiran publik tentang dampak polusi udara pada otak, mulai dari gangguan memori, penurunan fungsi kognitif, hingga potensi peningkatan risiko penyakit neurodegeneratif.
Beberapa tahun terakhir, bukti ilmiah semakin kuat menunjukkan bahwa polusi udara tidak hanya menyerang paru-paru dan sistem kardiovaskular. Polusi udara juga memiliki dampak mendalam pada kesehatan otak. Di daerah perkotaan, paparan polusi udara kronis menjadi ancaman serius yang dapat mempercepat penuaan otak serta meningkatkan risiko demensia.
Mengapa otak kita menua lebih cepat hanya karena menghirup udara kotor?
Penelitian terbaru menunjukkan bahwa paparan jangka panjang terhadap polutan berbahaya seperti PM2.5, nitrogen dioksida (NO₂), dan partikel ultrafine lainnya dapat memicu berbagai proses biologis yang merusak otak. Paparan PM2.5 sebagai faktor utama risiko kesehatan akibat polusi udara terbukti mempercepat penuaan biologis otak.
Polutan yang masuk ke aliran darah dapat memicu neuroinflamasi kronis, merusak sel-sel saraf, serta memperlambat kemampuan otak memperbaiki jaringan.
Apakah polusi udara bisa benar-benar meningkatkan risiko demensia?
Jawabannya: ya, dan datanya cukup mengkhawatirkan. Berbagai studi menunjukkan hubungan kuat antara polusi udara dan demensia, termasuk Alzheimer. Beberapa penelitian menyoroti bahwa paparan PM2.5 berkontribusi pada peningkatan risiko demensia hingga 20%.
Studi jangka panjang juga menunjukkan adanya penurunan volume hippocampus pada orang yang hidup bertahun-tahun di area dengan polusi tinggi.
Kalau begitu, apakah anak muda juga terancam dampaknya?
Sayangnya, tidak sesederhana itu. Banyak penelitian menunjukkan bahwa polusi udara dan perkembangan otak anak memiliki hubungan signifikan. Anak-anak yang tinggal di daerah dengan kualitas udara buruk cenderung mengalami penurunan konsentrasi, kemampuan belajar, serta gangguan perkembangan kognitif.
Karena otak anak masih berkembang, kerusakan akibat paparan polusi dapat meninggalkan efek jangka panjang.
Apa yang bisa kita lakukan untuk melindungi otak dari polusi udara?
Menghadapi ancaman polusi udara terhadap kesehatan otak, langkah mitigasi perlu dilakukan dari tingkat individu hingga nasional.
Di level individu:
Ternyata, bisa. Ada berbagai langkah perlindungan untuk mengurangi paparan polusi udara dan dampaknya pada otak. Masker N95 efektif meminimalkan partikel halus berbahaya seperti PM2.5. Penggunaan air purifier juga membantu mengurangi paparan dalam ruangan.
Di level kota:
Banyak. Pemerintah daerah dapat memperluas ruang hijau, menerapkan transportasi bersih, dan membatasi kendaraan beremisi tinggi. Langkah ini efektif menurunkan tingkat polusi dan mencegah meningkatnya kasus gangguan kesehatan akibat udara kotor.
Di level nasional:
Sangat mungkin. Dengan regulasi baku mutu udara lebih ketat, akses data kualitas udara Indonesia secara real-time, dan pengembangan zona rendah emisi, pemerintah dapat menekan risiko jangka panjang pada kesehatan otak masyarakat.
Jika begitu, apakah Indonesia siap menghadapi ancaman ini?
Indonesia menghadapi tingkat polusi udara yang hampir setiap tahun berada pada kategori tidak sehat. Pembahasan tentang dampaknya pada kesehatan otak masih sangat terbatas.
Ini menimbulkan pertanyaan penting: Apakah kita siap menghadapi lonjakan kasus demensia jika kualitas udara terus memburuk?
Daftar Referensi (APA 7th Edition)
- Calderón-Garcidueñas, L., et al. (2018). Air pollution and your brain. Journal of Alzheimer’s Disease.
- Chen, H., et al. (2017). Living near major roads and dementia risk. The Lancet.
- Nature Aging. (2024). Air pollution exposure accelerates brain aging.
Ilustrasi dan editing dibantu AI
Semoga tidak mengalami dimensia atau arzheimer
Kakak saya dan ada kenalan yg juga menderita alzheimer, sedih melihatnya hidupnya tergantung dng orang lain dan dia tidak bisa lg mengenali orang2 disekitarnya