Siapa yang Sebenarnya Mengendalikan Hidupmu? Pandangan Sains & Spiritual

Shared tulisan

Catatan Kajian Sains, Agama, dan Kearifan Leluhur

Pertanyaan Tentang Kendali Diri

Sembilan puluh persen keputusan kita ternyata bukan yang kita pikir. “Sebenarnya siapa yang sedang mengendalikan hidup kita?” Pertanyaan ini begitu manusiawi, muncul di tengah kesibukan atau keheningan. Pertanyaan ini menjadi pintu masuk yang dibuka oleh David Eagleman (2011). Menurut Eagleman, bahwa sebagian besar tindakan yang kita anggap sebagai pilihan sadar, sebenarnya telah dirancang oleh proses otak yang bekerja jauh lebih cepat daripada kesadaran kita.

Teori Eagleman tentang Kesadaran

David Eagleman menjelaskan bahwa sebagian besar keputusan kita sudah “disusun” oleh otak sebelum kita sadar telah memilih. Kesadaran bukanlah pengemudi utama. Kesadaran adalah narator yang datang belakangan. Kesadaran memberi alasan atas keputusan yang sebenarnya lahir dari kompetisi sistem bawah sadar. Otak bekerja seperti panggung tempat dorongan, nafsu, ketakutan, emosi, logika, dan kebiasaan saling berebut kendali. Sehingga apa yang kita sebut “kehendak” sering kali hanyalah hasil interpretasi dari proses yang sudah lebih dulu terjadi.

Ruang Kendali dalam Diri Manusia

Meski begitu, Eagleman menegaskan bahwa manusia tetap memiliki ruang kendali. Kendali diri bukan ilusi. Otak bersifat plastis. Bagian otak yang mengatur kontrol diri seperti prefrontal cortex dapat diperkuat melalui disiplin, kebiasaan baik dan latihan mental. Praktik seperti jeda sebelum merespons, latihan fokus, puasa, zikir atau meditasi, bertindak seperti “latihan otot” bagi otak. Latihan ini membuat manusia lebih mampu menahan impuls dan bertindak dengan kesadaran yang lebih jernih.

Pandangan Islam tentang Nafsu dan Akal

Ini selaras dengan konsep Islam yang menggambarkan nafsu sebagai pendorong keburukan. “Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan” (QS Yusuf: 53). Sementara akal dan kesadaran spiritual menjadi penahan agar manusia tidak tersesat. Sebagaimana peringatan Al-Qur’an, “janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ia akan menyesatkan kamu” (QS Shad: 26). Dalam neuroscience, sistem impuls seperti amigdala dan nucleus accumbens bekerja cepat mendorong perilaku spontan. Sedangkan prefrontal cortex berfungsi menahan dan mengarahkan.

Titik Temu Sains dan Spiritualitas: Perspektif Agama dan Leluhur

Baik Islam maupun Eagleman menegaskan bahwa manusia tetap memiliki ruang kendali atas dirinya. Dalam neuroscience, kemampuan ini muncul dari prefrontal cortex yang menguat melalui latihan yang konsisten. Dalam Islam, Latihan penguatan kendali diri tercermin dalam laku spiritual seperti puasa, zikir, salat malam dan mujahadah. Keduanya sejalan dalam memahami bahwa manusia dapat menundukkan dorongan instan dan mengarahkan hidupnya dengan akal yang jernih.

Dalam Kristen, Paulus menggambarkan pergulatan batin ketika ia justru melakukan apa yang tidak ia kehendaki, menunjukkan konflik antara dorongan dan kesadaran. Dalam Hindu–Buddha, manas, ahamkara, dan buddhi menjelaskan lapisan batin yang perlu diselaraskan.

Tradisi Jawa melalui Sedulur Papat Lima Pancer memandang manusia sebagai pusat kesadaran yang menjaga keseimbangan empat dorongan batin. Sedangkan dalam tradisi Bali, Tri Hita Karana menekankan harmoni antara diri, sesama, dan alam. Sangkan Paraning Dumadi melengkapi semuanya dengan ajakan untuk memahami asal-usul kesadaran sebagai fondasi memahami diri.

Refleksi Kehidupan Modern

Di tengah notifikasi dan kesibukan, kini manusia semakin sulit mendengar dirinya sendiri.  Padahal sains, agama dan kearifan leluhur mengingatkan bahwa jalan kembali selalu bermula dari keheningan batin. Kesadaran ibarat lampu kecil yang tidak pernah padam. Ketika dijaga, cahayanya membantu manusia melihat hidup dengan lebih jernih, tidak mudah hanyut oleh amarah atau hasrat sesaat. Masyarakat yang matang secara batin akan mampu membangun peradaban yang lebih teduh, manusiawi dan penuh ruang bagi hati untuk bertumbuh.

Daftar Referensi

Eagleman, David. Incognito: The Secret Lives of the Brain. Vintage Books, 2011.

Eagleman, David. The Brain: The Story of You. Pantheon, 2015.

Gazzaniga, Michael. Who’s in Charge? Free Will and the Science of the Brain. HarperCollins, 2011.

Radhakrishnan, S. Indian Philosophy. Oxford University Press.

Walpola Rahula. What the Buddha Taught. Grove Press, 1959.

Endraswara, Suwardi. Filsafat Hidup Jawa.

Herusatoto, Budiono. Simbolisme dalam Budaya Jawa.

Editing dibantu AI

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top