Ketika Hutan Terbakar, Penyakit Datang

Shared tulisan

Hutan yang terbakar bukan hanya kehilangan pohon. Ternyata juga memantik gelombang penyakit. Penelitian terbaru di Amazon, melibatkan delapan negara dengan data selama dua dekade, menemukan hubungan erat antara deforestasi dengan meningkatnya 27 jenis penyakit.

Kesehatan jutaan orang terguncang setiap kali pepohonan tumbang. Dari infeksi pernapasan akibat asap hingga malaria yang merajalela ketika hutan terbuka,

Api yang Membawa Wabah

Studi yang dipublikasikan menunjukkan, wilayah dengan deforestasi tinggi mengundang angka penyakit lebih tinggi dibanding disbanding dengan wilayah yang hutannya utuh (Nature, 2025). Asap dari kebakaran hutan terbukti memicu gangguan pernapasan akut, khususnya pada anak-anak dan lansia.

Sementara terbukanya hutan menyebabkan perubahan ekosistem yang memudahkan nyamuk malaria berkembang biak. Di Bolivia, misalnya, kenaikan kasus malaria, langsung mengikuti laju pembukaan hutan untuk pertanian dan peternakan (The Guardian, 2025).

Temuan ini menegaskan bahwa kesehatan publik tak bisa dilepaskan dari kondisi ekologi. Saat hutan lenyap, perisai alami yang selama ribuan tahun melindungi manusia pun runtuh. Udara menjadi racun, air menjadi keruh, dan patogen menemukan jalan untuk menyebar.

Hutan Adat, Perisai Kesehatan

Penelitian juga menunjukkan perbedaan mencolok antara wilayah adat yang memiliki status hukum jelas dan wilayah yang tidak. Komunitas adat dengan hak kelola diakui mampu menjaga hutannya tetap lestari.

Akibatnya, tingkat penyakit di wilayah mereka lebih rendah. Sebaliknya, ketika hak atas tanah diabaikan, deforestasi melonjak dan penyakit ikut merebak.

Artinya, menjaga kesehatan masyarakat bukan hanya soal membangun rumah sakit, tetapi juga soal menghormati hak-hak masyarakat adat. Hutan yang mereka rawat turun-temurun sesungguhnya adalah benteng kesehatan bersama.

Dari Amazon ke Nusantara

Pesan ini penting pula bagi Indonesia. Dengan hutan tropis terluas ketiga di dunia, kita berada di garis depan risiko sekaligus solusi. Kebakaran hutan di Sumatra dan Kalimantan sudah lama menimbulkan krisis kesehatan lintas batas negara (WHO, 2019; WALHI, 2023).

Setiap musim kemarau, jutaan warga menghirup asap beracun, rumah sakit penuh dengan pasien ISPA, dan sekolah harus ditutup.

Seperti di Amazon, masyarakat adat di Indonesia juga memegang kunci pelestarian. Di Kalimantan, suku Dayak menjaga hutan dengan hukum adat. Di Papua, suku-suku masih mengandalkan hutan sebagai sumber pangan dan obat.

Namun, hak-hak mereka sering terpinggirkan oleh konsesi industri sawit, tambang, dan kayu. Ketika hutan mereka hilang, yang terancam bukan hanya identitas budaya, melainkan juga kesehatan seluruh bangsa (FAO, 2020).

Politik Kesehatan Ekologi

Selama ini, kesehatan publik dan lingkungan sering dipandang sebagai dua sektor yang terpisah. Anggaran kesehatan difokuskan pada obat, rumah sakit, dan vaksin. Sementara anggaran lingkungan ditujukan untuk konservasi dan mitigasi perubahan iklim. Padahal, keduanya saling terkait erat.

Penelitian di Amazon ini seharusnya menjadi alarm bagi pembuat kebijakan: menjaga hutan adalah bagian dari strategi kesehatan nasional.

Mengurangi deforestasi berarti mengurangi beban rumah sakit. Menguatkan hak masyarakat adat berarti menguatkan benteng pertahanan kesehatan. Dengan kata lain, politik kesehatan masa depan tak bisa lagi buta terhadap politik ekologi.

Menjaga Hutan, Menjaga Hidup.

Ketika hutan terbakar, penyakit datang. Ketika hutan dijaga, kesehatan pun ikut terjaga. Itulah pesan sederhana yang dipantulkan dari Amazon hingga Nusantara.

Membakar hutan sama dengan menyalakan bara penyakit. Sebaliknya, melindungi hutan berarti melindungi anak-anak dari asap, orang tua dari infeksi, dan generasi mendatang dari ancaman epidemi baru.

Sejarah telah membuktikan, hutan tropis bukan hanya paru-paru dunia, melainkan juga apotek alami yang menopang hidup. Bila kita sungguh ingin sehat sebagai bangsa, mulailah dari langkah paling mendasar: jangan biarkan hutan kita terus terbakar.

Daftar Pustaka

Nature (2025). Deforestation and public health in the Amazon basin.
The Guardian (2025). When the forests burn, the sickness comes.
WHO (2019). Health and environmental impacts of forest fires in Southeast Asia.
FAO (2020). Forests and Human Health.
WALHI (2023). Laporan Tahunan: Krisis Ekologi dan Kesehatan di Indonesia.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top