Tirakat, Puasa Leluhur dan Sains Kesadaran

Shared tulisan

Pembukaan

Makna Tirakat

Di banyak dusun di Jawa, kata tirakat selalu diucapkan dengan nada yang tenang dan dalam. Tirakat bukan sekadar menahan lapar. Tirakat Adalah cara leluhur mengasah rasa. Orang dulu memahami tubuh kita bukan sekadar daging. Tubuh adalah rumah bagi kesadaran yang harus disucikan lewat laku prihatin. Maka mereka berpuasa, berdiam di keheningan malam. Kadang tirakat dilakukan sampai empat puluh hari lamanya. Tirakat bukan untuk menantang lapar. Ini tentang upaya menundukkan diri.

Empat Puluh Hari: Angka yang Tidak Sembarangan

Empat puluh hari bukan angka sembarang. Di banyak kitab, 40 hari adalah seperti batas waktu transisi antara yang lama dan yang baru. Nabi Musa, Nabi Isa dan Nabi Muhammad, semuanya pernah melewati masa empat puluh hari sunyi sebelum menerima wahyu atau kekuatan batin. Dalam tradisi Jawa, melalui 40 hari masa tirakat, diyakini tubuh sudah mampu menyesuaikan, pikiran menjadi jernih dan batin mulai tajam.

Sains Modern dan Autophagy

Menarik, karena kini sains modern justru menemukan hal yang mirip. Dalam 30–40 hari berpuasa atau menjalani pola makan terbatas, tubuh masuk ke fase autophagy. Pada fase ini sel-sel tua dibersihkan, jaringan diperbarui, dan sistem saraf menata ulang sambungannya. Para peneliti menyebutnya neuroplasticity: kemampuan otak memperbarui dirinya sendiri. Pada fase inilah manusia sering merasakan ketenangan yang sulit dijelaskan. Bukan euforia, tapi kejernihan. Tubuh berhenti menuntut, pikiran berhenti berisik.

Leluhur kita tidak mengenal istilah “dopamin” atau “autophagy,”.  Tetapi mereka tahu lewat pengalaman. Mereka belajar dari alam. Meraka melihat gunung yang sunyi, laut yang sabar dan padi yang menunduk ketika matang. Semua mengajarkan satu hal: kekuatan lahir dari pengendalian. Maka mereka berpuasa bukan agar disegani. Mereka berpuasa agar tidak diperbudak oleh hasratnya sendiri.

Tirakat sebagai bentuk disiplin ekologis

Tirakat juga bentuk disiplin ekologis. Dengan makan sedikit, mereka belajar cukup. Dengan diam, mereka belajar mendengar. Dalam keseharian yang serba cepat hari ini, puasa leluhur terasa seperti jeda yang kita lupakan. Ini seperti sebuah tombol “reset” untuk jiwa yang kelelahan.

Menariknya, dalam kondisi puasa panjang, tubuh kita justru lebih hidup. Hormon pertumbuhan meningkat. Sel otak bertahan lebih lama dan peradangan menurun. Dalam heningnya perut kosong, tubuh dan pikiran menemukan irama yang sama: lambat, teratur dan sadar. Di situlah letak kesadaran yang sejati. Bukan hasil pikiran, tapi hasil penyerahan.

Kearifan Leluhur dan Pengendalian Diri

Maka puasa leluhur bukan soal kuat menahan lapar, melainkan berani menghadapi diri sendiri. Karena yang paling sulit bukan menolak nasi, tapi menundukkan ego. Bukan menutup mulut, tapi menenangkan suara di kepala yang tak henti menuntut lebih.

Di zaman yang sibuk mengejar stimulasi, barangkali yang kita perlukan justru sebaliknya: kekosongan. Tirakat mengajarkan bahwa hening bukan kelemahan. Keheningan adalah ruang bagi yang Ilahi untuk berbicara.

Barangkali di situlah rahasia para leluhur, mereka menempuh lapar bukan untuk menjadi sakti, tapi agar rasa sejati kembali berkuasa. Ketika tubuh telah tunduk dan pikiran diam, yang tersisa hanyalah kesadaran murni: bahwa hidup ini sesungguhnya sederhana, cukup eling lan waspada.

Referensi

1. Ariyanti, M. (2019). Konsep Tirakat Puasa Kejawen bagi Penghayat Kepercayaan Kejawen.

2. Tirakat, Perspektif Meditasi Jawa. Borobudur Writers & Cultural Forum.

3. Tirakat Adalah: Pengertian, Tujuan, dan Pelaksanaannya. Gramedia.

4. Tradisi Tirakat dalam Kehidupan Modern. NetralNews.

5. Puasa dalam Tradisi Jawa. PanturaNews.

6. Bagherniya, M. et al. (2018). The effect of fasting or calorie restriction on autophagy induction.

7. Shabkhizan, R. et al. (2023). The Beneficial and Adverse Effects of Autophagic Response.

8. Rahman, M.S., & Islam, M.R. (2019). Role of Intermittent Fasting and Autophagy in Healthy Aging.

Editing dibantu AI

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top